Terbanglah, Elang, Terbanglah

Sebuah Cerita Dari Afrika
Diceritakan kembali oleh Christopher Gregorowski

Suatu hari seorang petani pergi mencari anak sapi yang hilang. Pada malam sebelumnya penggembala kembali tanpa anak sapi. Dan di malam itu telah terjadi badai yang mengerikan.

Dia pergi ke lembah dan mencarinya di palung sungai, di antara alang-alang, di belakang bebatuan dan di air yang mengalir deras.

Dia memanjat lereng gunung tinggi dengan jurang yang berbatu. Dia memeriksa di balik batu besar kalau-kalau anak sapi itu bersembunyi di sana untuk menyelamatkan diri dari badai. Dan di sanalah dia terhenti. Di sela sebuah batu terlihat pemandangan yang tidak biasa. Seekor anak elang telah menetas dari telurnya sehari atau dua hari sebelum waktunya, dan terlempar dari sarangnya oleh badai besar.

Ia meraih dan membelai anak elang itu dengan kedua tangannya, membawa pulang dan merawatnya.
Ketika dia hampir tiba di rumah, anak-anak berlari keluar menjemputnya.
“Anak sapi itu telah pulang sendiri,” teriak mereka.


Petani itu sangat gembira. Ia menunjukkan anak elang itu pada keluarganya, kemudian dia menempatkannya dengan hati-hati di kandang ayam, di antara ayam betina dan anak-anak ayam.

“Elang adalah rajanya burung,” katanya,”Tapi kita akan melatihnya menjadi ayam.”

Maka, elang itu pun hidup di antara ayam, mempelajari cara hidup ayam. Namun ketika tumbuh, ia mulai tampak berbeda dari ayam mana pun yang pernah mereka lihat.


Suatu hari teman si petani mampir berkunjung. Teman itu melihat burung di antara ayam-ayam.

“Hei! Itu bukan ayam. Itu elang!”

Petani tersenyum kepadanya dan berkata, “jelas, itu ayam. Lihat, ia berjalan seperti ayam, makan seperti ayam. Ia mungkin berpikir seperti ayam. Jelas itu seekor ayam.”

Tapi teman itu tidak percaya. “Aku akan menunjukkan padamu bahwa itu seekor elang,” katanya.

Anak-anak petani membantu temannya menangkap burung itu. Cukup berat, tapi teman petani itu mengangkat burung ke atas kepalanya dan berkata, ”Kamu bukan ayam tapi elang. Tempat kamu bukan di bumi tapi di langit. Terbanglah, elang, terbanglah!”

Burung itu merentangkan sayapnya, melihat sekeliling, melihat ayam sedang makan, dan melompat turun untuk mengorek-ngorek makanan dengan mereka.

“Sudah kubilang, itu seekor ayam,” kata petani dan ia tertawa terbahak-bahak.

Hari berikutnya, pagi-pagi sekali, anjing petani mulai menyalak. Suatu suara memanggil di kegelapan. Petani berlari ke pintu. Ternyata teman petani itu datang lagi. “Beri aku kesempatan sekali lagi dengan burung itu”, pintanya.


“Jam berapa ini? Hari masih gelap.”
“Ayolah ikut aku. Ambil burung itu.”

Dengan ragu-ragu petani itu mengambil burung elang yang sedang tidur lelap di antara ayam-ayam. Kedua pria itu pergi, kemudian menghilang di kegelapan.

“Kemana kita pergi?” tanya petani sambil terkantuk-kantuk.
“Ke gunung di mana kamu menemukan burung ini.”
“Mengapa harus pada malam-malam seperti ini?”
“Supaya elang kita bisa melihat matahari terbit di atas gunung dan mengikutinya menuju langit tempat seharusnya ia berada.”

Mereka menuju lembah dan menyeberangi sungai. Sang teman memimpin perjalanan. “Cepat,” katanya, “Fajar akan tiba sebelum kita sampai.”

Cahaya pertama timbul pelan-pelan di ufuk timur ketika mereka mendaki gunung. Awan yang menggumpal di langit awalnya berwarna lembayung dan kemudian mulai berkilauan terang berwarna keemasan. Kadang-kadang jalan mereka berbahaya karena berada di sisi tebing gunung, menyeberang undak-undakan batu yang sempit dan membawa mereka dalam kegelapan melalui celah-celah batu. Akhirnya ia berkata, ”Pasti berhasil.” Ia melongok ke jurang dan melihat dataran di bawah ribuan meter jauhnya. Mereka sangat dekat dengan puncak gunung itu.

Dengan hati-hati teman itu membawa burung ke daerah bebatuan. Ia menaruh burung itu menghadap ke timur, lalu ia mulai berbicara padanya. Petani itu tertawa kecil. “Burung itu hanya memahami bahasa ayam.”

Namun sang teman terus berbicara, memberitahu burung itu tentang matahari, betapa ia telah memberikan kehidupan pada dunia, ia berkuasa di langit, dan ia memberikan cahaya setiap hari. “Lihatlah matahari, Elang. Ketika ia terbit, bangkitlah bersamanya. Tempatmu di langit, bukan di bumi.” Pada saat itu sinar matahari mulai memancar melewati gunung, dan tiba-tiba dunia terang benderang dengan cahaya matahari.

Matahari terbit dengan agungnya. Burung itu merentangkan sayapnya menyapa matahari dan merasakan kahangatan di bulu-bulunya. Petani itu terdiam. Sang teman berkata, “Tempatmu bukan di bumi, tapi di langit. Terbanglah, Elang, terbanglah!” Ia buru-buru kembali kepada petani itu. Semua diam. Kepala elang mengulur ke atas, sayapnya merentang keluar, dan kakinya condong ke depan sementara kukunya mencengkeram batu.

Kemudian, tanpa benar-benar bergerak, elang itu merasakan hembusan angin yang lebih kuat daripada hentakan manusia atau burung apa pun. Sang elang miring ke depan dan terbawa ke atas, terus meninggi dan meninggi, lalu menghilang dari pandangan, melayang dalam cerahnya matahari pagi dan tak pernah lagi berada di antara ayam-ayam.


Hari ini kita akan membaca sebuah cerita berjudul "".
Bacalah cerita secara utuh dari satu halaman ke halaman berikutnya. Klik tab "Halaman 2", "Halaman 3", dan seterusnya. Kamu juga dapat menggunakan tombol "Selanjutnya" atau "Sebelumnya" untuk berpindah dari satu halaman ke halaman lain.

Setelah selesai membaca seluruh cerita, kerjakan soal berikut ini.
1 dari

Apa yang dicari petani pada awal cerita itu?

2 dari

Di mana petani menemukan anak elang?

3 dari

Bagian cerita manakah yang menunjukkan bahwa petani bersikap hati-hati dengan anak elang tersebut?

4 dari

Apa yang dilakukan petani dengan anak elang itu ketika ia membawanya pulang?

5 dari

Selama kunjungan pertama teman petani, anak elang bertindak seperti ayam. Beri dua contoh yang menunjukkan hal ini.

6 dari

Ketika teman petani pertama kali melihat elang, bagaimana ia membuatnya terbang?

7 dari

Jelaskan apa yang dimaksud teman petani itu ketika ia memberitahu elang, ”Tempatmu bukan di bumi, tapi di langit.”

8 dari

Mengapa saat kunjungan temannya yang pertama petani tertawa terbahak-bahak?

9 dari

Mengapa teman petani itu membawa elang ke gunung yang tinggi untuk membuatnya terbang? Berikan dua alasan!.

10 dari

Temukan dan salinlah beberapa kata yang menggambarkan betapa indahnya langit ketika fajar tiba.

11 dari

Mengapa matahari yang sedang terbit penting dalam cerita ini?

12 dari

Kamu tahu seperti apa teman petani itu dari hal-hal yang ia lakukan.
Jelaskan seperti apakah teman petani itu dan berikan contoh apa yang telah ia lakukan untuk menunjukkan hal ini.

Sekarang kamu bisa memeriksa ulang jawaban-jawabanmu.
Kalau kamu sudah puas dengan jawabanmu, kamu bisa klik tombol “SELESAI

SELESAI

Tampilkan Pertanyaan

Ada soal yang belum selesai dikerjakan.
Apakah kamu yakin ingin melanjutkan?

  Tetap Lanjutkan