Bunga di Atas Atap
Oleh: Ingibjörg Sigurdardóttir
Maukah kau mendengarkan cerita tentang seorang nenek yang aku kenal? Dia seorang yang amat aneh, seorang yang hidup dengan penuh cerita! Nama aslinya Gunnjona, tapi aku memanggilnya Nenek Gina. Sebelum pindah menjadi tetangga kami, ia tinggal di desa. Rumahnya di ladang pertanian mirip rumah boneka. Jendelanya kecil dan atapnya diselimuti rumput. Bahkan, bunga-bunga tumbuh di atap rumahnya!
Nenek Gina tinggal sendirian di rumah pertaniannya. Namun, ia tidak pernah merasa kesepian karena ia memiliki beberapa hewan piaraan: seekor sapi, tujuh ekor ayam, dua ekor kambing, dan seekor kucing.
Suatu hari Nenek Gina jatuh sakit.
“Nenek sebenarnya tidak sakit parah, tapi nenek harus pindah ke kota” kata dokter. Tidak baik tinggal di sini sendirian. Sapi nenek pasti tidak akan dapat memanggil saya kalau kaki nenek patah di ladang!”
“Saya bisa mengurus diri saya sendiri!,” jawab si Nenek. Namun, sejenak ia berpikir, mungkin menyenangkan juga tinggal di kota.
“Baiklah!” tiba-tiba ia berkata. “Aku akan pindah ke kota.”
Tak lama kemudian ia menjual ladangnya dan membeli rumah susun yang bertetangga dengan kami.
Tetapi, bagaimana dengan hewan piaraan itu? Ia tentu tidak dapat membawanya ke kota bukan? Untunglah, orang-orang di dekat ladangnya itu bersedia mengurusnya. Amat berat bagi Nenek Gina untuk berpisah dengan sahabat hewannya itu. Ia sangat sedih sehingga akhirnya ia memutuskan untuk membawa Robi, kucing kesayangannya.
Nenek Gina mengemas barang-barangnya ke dalam mobil dan segera berangkat ke rumah barunya. Ia amat senang dan sangat ingin segera melihat kota.
Aku juga merasa senang! Aku ingin tahu siapa yang akan tinggal di depan rumahku. Aku membayangkan akan punya teman sebaya yang bisa bermain bersama-sama. Tapi, ternyata ia adalah Nenek Gina. Untungnya, ia memiliki seekor kucing.
Nenek Gina tidak terlalu gembira ketika melihat ke sekeliling rumah barunya.
“Sangat tidak menyenangkan,” ia bilang. “Dindingnya terlalu halus dan putih. Lihat jendelanya, terlalu besar!” Ia terdiam.
“Aku mau kembali ke desa!” ia berkata, sambil bersiap-siap pergi.
Namun, tiba-tiba terdengar ia berteriak. Robi kucingnya, baru saja melompati jendela!
“Jangan khawatir,” aku segera berkata. “Kucing itu hanya melompat ke balkon. Lihat!”
Nenek Gina segera melihat ke balkon. Ketika tiba di sana, ia menjadi lupa kepada Robi. Balkon itu sangat besar, ia dapat melihat pegunungan di kejauhan. Serta hamparan laut. Nenek Gina berjongkok dan mendongakkan kepalanya sehingga ia tidak dapat melihat atap-atap rumah tetangganya – yang terlihat hanya pegunungan dan langit. Nenek Gina akhirnya memutuskan untuk tetap tinggal di kota.
Namun, di hari berikutnya ketika aku membantunya membereskan barang bawaan, tampaknya ia masih sedih.
“Apa nenek sedih karena meninggalkan hewan piaraan nenek?,” aku bertanya.
“Nenek merasa kehilangan mereka,” ia menjawab.
“Mengapa tidak dibawa kemari saja?,” tanyaku.
Nenek Gina memandangku sambil
mengedipkan mata dan tersenyum
lucu.
Tidak seorang pun ada di rumah ketika aku berkunjung ke rumah Nenek Gina pada hari berikutnya. Si nenek rupanya telah pergi kembali ke desanya naik bis.
Malam itu, aku terbangun mendengar suara aneh dari tangga. Apakah gerangan? Wah, pasti suara ayam! Mereka pasti ketakutan bila harus menggunakan lift!
Esok harinya, aku membantu Nenek Gina memberi makan ayam.
“Nenek merasa telah berada kembali di desa,” katanya. “Ayam itu selalu berkumpul dengan nenek. Jika nenek memejamkan mata, nenek dapat dengan mudahnya membayangkan pegunungan yang dekat dari ladang nenek. Hanya bau tanah dan rerumputan yang tidak ada.” Tiba-tiba ia membuka matanya lebar-lebar dan kemudian berdiri. Nenek Gina tampaknya sedang berpikir keras tentang sesuatu yang baru.
“Baiklah,” ia berkata. “Bagaimana pendapatmu kalau ada rumput di atas atap? Nenek pikir besok kita harus pergi ke kota.”
Dan akhirnya itulah yang kami lakukan.
Ketika tiba kembali di rumah, Nenek Gina membawa rerumputan itu ke atas atap. Dengan hati-hati, ia meletakkan dan menempelkannya di atas atap agar tidak jatuh.
Nenek Gina sekarang lebih berbahagia. Ia membuat sedikit suasana pedesaan di kota. Ia sangat menyukai taman di atas atap itu, seperti waktu ia di desa. Apalagi setelah tumbuh bunga di atas atap.
Nenek Gina bukanlah seperti orang tua lainnya yang aku tahu. Ia dapat melakukan apa saja! Hanya satu yang masih mengganggunya sekarang. Bagaimana ia dapat membawa sapinya ke dalam lift?!