Bembi Si Pemberani
Oleh Anu Stohner
Ilustrasi oleh Henrike Wilson
Sejak awal Bembi berbeda dari domba-domba yang lain. Ketika semua domba berdiri malu-malu di samping ibu mereka, Bembi melompat-lompat, siap untuk berpetualang.
Bembi tinggal dengan semua domba di lereng jauh dari peternakan. Seorang gembala menjaga mereka dan dia memiliki anjing tua bernama Dinggo. Dinggo mencoba mengendalikan Bembi, tapi dia tidak takut dengan Dinggo.
Suatu ketika, Bembi melompati tepi sungai dan berenang di arus yang deras.
“Baa... baa...” kata domba yang lebih tua, menggelengkan kepalanya.
Apa yang akan mereka katakan bila mereka tahu bahwa di malam hari Bembi diam-diam berkeliaran di kampung.
Ketika semua domba tidur, dia akan menyelinap ke tempat favoritnya dan memandang bulan. Bahkan Dinggo tidak sadar. Pendengarannya tidak begitu bagus akhir-akhir ini.
Suatu hari kejadian buruk terjadi. Gembala jatuh dan kakinya patah. Dinggo menggonggong dan mengelilinginya, tapi tidak bisa membantunya sama sekali. Gembala berbaring di rumput, tidak tahu harus melakukan apa.
“Oh, bagaimana ini?” kata domba yang lebih tua. “Seseorang harus ke rumah petani di lembah dan meminta bantuan.”
“Dinggo harus pergi. Dia satu-satunya yang tahu jalan.”
“Tapi itu terlalu jauh. Dia saja kesulitan mengatur kawanan domba akhir-akhir ini.”
“ Iya, benar,” kata yang lain, menggelengkan kepala mereka dalam keputusasaan.
Lalu Bembi berkata, “Aku saja. Aku yang pergi.”
“Bembi?,” kata domba yang lebih tua.
“Tidak boleh. Seekor domba tidak pernah pergi ke lembah sendirian.”
Domba yang lebih tua berdiri dengan kekhawatiran. Tapi Bembi tidak mendengar mereka. Dia telah pergi mencari jalan ke lembah.
Dia berlari di tanah lapang, menembus sungai, dan melewati gunung.
Ketika Bembi sampai di jalan yang ramai, hari sudah tengah malam. Dia berdiri dan melihat lalu lintas.
Seorang sopir truk melihat Bembi dan berhenti.
“Ingin ke lembah?” dia bertanya. Bembi mengangguk.
Sangat menyenangkan menumpang di truk. Hal ini membuat Bembi agak sedih ketika dia sampai di rumah petani.
Petani tidur ketika Bembi mengetuk jendela dengan hidungnya.
“Bembi,” kata petani, “dan dia sendirian. Pasti terjadi sesuatu.”
Bembi dan petani mengendarai traktor untuk mencari domba yang lain. Ketika mereka sampai, gembala yang malang masih terbaring di rumput. Petani langsung membawanya ke rumah sakit.
Kaki gembala dipasang gips selama enam minggu sebelum dia dapat kembali ke dombanya. Ketika dia kembali, dia tersenyum kepada Bembi. Sejak saat itu, Bembi bebas berkeliaran semaunya.
Diterjemahkan oleh Arum Apriliyana