Perjalanan Sepanjang Hidup Penyu Hijau
Dari Turtle Travels
Oleh Gary Miller
Keluar dari Pasir
Malam itu adalah malam yang berbintang di bulan Agustus. Sebuah sarang yang berisi telur-telur terkubur di bawah pasir sedalam lebih dari 60 cm di pantai Kosta Rika. Sarang itu menampung lebih dari 100 telur Penyu Hijau, masing-masing kira-kira seukuran bola ping pong.
Salah satu bayi penyu mulai menggeliat dan menetas dari telur. Bayi penyu itu merobek cangkang telur dengan menggunakan ujung yang tajam di paruhnya. Walaupun masih terkubur di dalam pasir, bayi penyu itu telah terbebas. Segera, seluruh sarang akan menjadi hidup dengan gerakan-gerakan bayi-bayi penyu.
Si bayi penyu itu menggunakan siripnya untuk terus merangkak naik. Untuk mencapai permukaan, bisa memerlukan waktu lebih dari satu hari.
Menuju Air
Ketika bayi penyu mencapai permukaan pasir, dia bergerak menuju pantulan cahaya bulan di lautan. Untung saja, tidak ada cahaya dari jalan- jalan atau rumah-rumah sekitar. Cahaya-cahaya semacam itu dapat membuat bayi-bayi penyu kebingungan. Mereka bisa saja memilih jalan yang salah, menjauhi lautan.
Perjalanan bayi penyu menuju air adalah pertaruhan hidup dan mati. Dia tidak lebih besar dari biji walnut. Kepiting dan beberapa burung, contohnya bangau malam, menangkap beberapa bayi penyu lain di pantai. Si bayi penyu ini berhasil mencapai air.
Ombak yang berbuih mendorong balik si Bayi Penyu. Dia berjuang untuk berenang melawan gelombang. Si Bayi Penyu terus berenang siang dan malam sejak hari pertama hingga dua hari berikutnya.
Ke Laut Lepas
Perjalanan bayi penyu mengarungi lautan lepas sering disebut “tahun-tahun yang hilang”. Para ilmuwan tidak tahu banyak tentang kehidupan penyu hijau di tahapan ini. Dia mungkin bergerak mengikuti arah arus, mengambang beralaskan rumput laut.
Bayi penyu bisa memakan udang, ubur-ubur kecil, dan siput-siput yang hanyut terbawa arus dan berada di sekitar rumput laut. Sayang sekali, di lautan juga terdapat plastik dan sampah yang dibuang oleh manusia. Plastik dan sampah bisa mematikan bagi penyu jika termakan.
Ada banyak bahaya lain juga di lautan. Pemangsa seperti hiu berenang di bawah penyu kecil dan burung-burung terbang di atas. Untungnya, si Bayi Penyu mendapatkan perlindungan dari warna cangkangnya. Bagian bawah cangkangnya berwarna hampir putih, sehingga hiu-hiu yang berenang di bawah mungkin tidak akan menyadari keberadaannya di bawah sinar matahari. Bagian atas cangkang berwarna gelap, sehingga dari atas penyu membaur dengan gelapnya air laut.
Tumbuh Menjadi Hijau
Setelah beberapa tahun, si Bayi Penyu menjadi remaja. Dia bukan lagi bayi penyu. Namun, dia juga belum menjadi penyu dewasa. Cangkangnya berkembang menjadi seukuran piring makan. Sekarang inilah saatnya meninggalkan lautan lepas dan menuju perairan hangat di pantai Florida, Amerika Serikat.
Dengan cangkang yang lebih besar sekarang dia lebih aman dibandingkan saat dia masih bayi penyu. Walaupun terkadang dia makan ubur-ubur, sekarang dia lebih sering makan ganggang dan rumput laut.
Tahun-tahun berlalu dan perlahan si Penyu tumbuh. Dia bergerak menjauh dari pantai ke daerah tempat dia akan menjadi dewasa.
Di malam hari, dia beristirahat di air di bawah bebatuan dan sela-sela karang, menahan nafas selama lima jam. Setiap hari, dia kembali ke daerah sama tempat tumbuhnya rumput laut yang disebut rumput penyu. Seperti mesin pemotong rumput, si Penyu membuat rumput laut di hamparan rumput laut tetap pendek. Memakan rumput laut dan ganggang membuat lemak tubuhnya berwarna hijau. Inilah fakta tentang asal-usul nama penyu ini!
Kembali ke Pasir
Ketika penyu berumur sekitar 26 tahun, panjang cangkang dewasanya sudah lebih dari 1 meter, dan berat penyu sekitar 136 kilogram. Pada fase ini dia siap untuk petualangan baru. Perjalanannya dimulai dengan kembali ke pantai tempat dia menetas. Dia akan bertelur.
Penyu laut ini mungkin akan menempuh jarak lebih dari 965 kilometer, tetapi dia sudah dipersiapkan dengan baik untuk perjalanan ini. Siripnya seperti sayap. Dia terbang di perairan.
Para ilmuwan masih mempelajari cara seekor penyu laut menemukan jalan di lautan. Mereka berpikir penyu-penyu itu mungkin dapat merasakan perubahan di medan magnet bumi. Hal itu dapat membantu para penyu untuk membuat peta di pikiran mereka. Memori mereka terhadap bahan-bahan kimia atau bebauan di air mungkin juga membantu mereka menemukan jalan kembali.
Seketika si Penyu kembali ke tempat kelahirannya, dia mencari dan menemukan pasangannya. Beberapa minggu kemudian, dia menunggu sampai gelap, dan kemudian bergerak menuju pantai.
Generasi Berikutnya
Di luar air, si Penyu berjuang untuk bergerak di daratan. Dia merangkak ke tempat yang tidak terjangkau air pasang yang bisa menyapu telur-telurnya. Dengan menggunakan sirip depannya, dia menggali lubang yang lebar. Lubang ini akan menjadi sarangnya. Dengan menggunakan sirip belakangnya, dia membuat lubang yang lebih kecil di dalam lubang yang besar.
Setelah bekerja keras selama dua jam, si Penyu siap untuk mengeluarkan lebih dari 100 telur putih bercangkang keras di dalam lubang yang lebih kecil dan lebih dalam. Dia mengubur telur-telur itu dengan pasir. Kemudian, dia menutup seluruh sarang dengan pasir.
Selama dua bulan setelahnya, si Penyu akan menggali dan bertelur di tiga sarang lain. Setelah dua bulan, bayi-bayi penyu baru akan menetas dari telurnya dan memulai petualangan mereka sendiri.
Kelanjutan Hidup Penyu
Setelah mengeluarkan semua telurnya, penyu laut dewasa ini sekali lagi pergi ke tempatnya mencari makan di lepas pantai Florida. Setiap beberapa tahun, dia dan penyu-penyu dewasa lainnya akan kembali ke pantai lagi untuk bertelur.
Setiap penyu hijau melakukan proses ini sepanjang hidupnya yang bahkan mampu mencapai 80 tahun. Selama waktu tersebut, ribuan bayi penyu hijau akan menetas dan berenang ke lautan lepas.
Diterjemahkan oleh Simon Arsa Manggala