![]() |
![]() |
Perkembangan Islam di Indonesia
Golongan Pembawa Islam di Nusantara
Golongan pembawa Islam di Nusantara
Adanya interaksi antara pedagang dari penjuru dunia dengan intensitas yang tinggi, memunculkan beragam teori mengenai siapakah sebenarnya yang memperkenalkan Agama Islam kepada penduduk Nusantara. Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Nusantara menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya Menemukan sejarah, wacana pergerakan Islam di Indonesia, terdapat tiga teori yang memberikan jawaban tentang permasalahan waktu masuknya Islam ke Nusantara, asal negara dan tentang pelaku penyebar atau pembawa agama Islam ke Nusantara.
Adapun ketiga teori tersebut yang menjelaskan mengenai masuknya Islam ke Nusantara antara lain sebagai berikut :
a. Islam datang dari Arab (teori Mekah)
b. Islam datang dari Gujarat (teori Gujarat)
c. Islam datang dari Persia (teori Persia) .
1. Islam datang dari Arab ( teori Mekah )
3. Islam datang dari Persia (teori Persia)
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Nusantara abad ke-13 M dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Teori ini mengungkapkan adanya kesamaan budaya yang dimiliki oleh beberapa kelompok masyarakat Islam Nusantara dengan penduduk Persia. Misalnya peringatan hari Asyura (10 Muharam) atas meninggalnya Hasan dan Husen cucu Nabi Muhammad, yang sangat dijunjung oleh orang Syi’ah/Islam Iran. Di Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro, penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda-tanda bunyi harakat. Baris atas disebut Jabar, bawah disebut Ajer, dan depan disebut Pes, sedang dalam bahasa Arab ejaan itu disebut Fathah, Kasrah dan Dhommah. Didalam tulisan Arab, Sin bergigi sedangkan dalam tulisan Persia tidak bergigi sementara itu, Oemar Amir Hoesin mengatakan bahwa di Persia terdapat suku bangsa ”Leren”. Beliau inilah yang dahulu datang ke tanah Jawa sebab di Giri terdapat Kampung Leran, dan nisan Maulana Malik Ibrahim (1419) di Gresik.Pendukung teori
Gambar 3. Hoessein Djajadiningrat