“kau mengaku saja, ar, jangan mungkir.”

aku tak mengerti apa yang dimaksudkan  hatiku mulai terasa tidak enak. Kalimatnya itu kurasakan bakal terjadi sesuatu yang tidak kuinginkan. Dan itu ternyata benar, ketika Kak Hardo melanjutkan perkataannya.

“bu kesi lapor padaku bahwa mangganya dia kauambil”.

berkata begitu Kak Hardo sambil menunjuk pada sebiji pohon mangga yang lebat buahnya, di muka rumah Bu Kesi.

 nggak!  jawabku.

“kau jangan bohong! mengaku saja terus terang.”

“tidak Kak, tidak mencuri aku!” jawabku kesal.