Pendahuluan

Kuis

Referensi

 

Uraian

 

 

A.   Homo Sapiens

Awal kehidupan manusia masa prasejarah di Indonesia ditandai dengan kegiatan berburu dan mengumpulkan makanan. Binatang perburuan yang dicari, antara lain gajah, banteng, badak, rusa dan kerbau liar. Namun mereka juga berburu ikan dan kerang di laut. Kegiatan perburuan banyak dilakukan oleh kaum laki-laki, tugas perempuan adalah mengumpulkan makanan yang terdapat di alam seperti, ubi, keladi, daun-daunan serta buah-buahan.

Pada masa itu mereka belum mengenal cara bercocok tanam. Mereka sangat bergantung pada Alam yang tersedia.  Manusia pra sejarah pada masa berburu dan mengumpulkan makanan yaitu Pithecantropus Erectus, hal tersebut berdasarkan temuan Dr.Eugene Dubois seorang arkeolog berupa fosil tempurung kepala dan tulang rahang menunjukan pada saat itu sudah dimilikinya alat pengunyah makanan. Penelitian dilanjutkan kembali dengan temuan tulang paha kiri yang kemudian direkonstruksi dan di dapatkan tinggi manusia pra sejarah tesebut diperkirakan antara 165-180 cm dengan fragmen tubuh menunjukan ciri manusia yang berjalan tegak. Oleh karena itu,fosil temuan ini oleh Dubois diberi nama Pithecantropus Erectus yang berarti manusia kera yang berjalan tegak.

Corak kehidupan pada masa ini di dtandai pula dengan berpindah-pindah (nomaden). Pithecantropus Erectus yang tinggal di sekitar tepi pantai meninggalkan sampah dapur atau Kjokenmoddinger.

 

Masa Berburu dan mengumpulkan makanan dibagi menjadi dua tingkatan ;

 

Pertama yaitu Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana. Pada masa ini Manusia Pra sejarah (Pithecantropus Erectus) memiliki pikiran dan kecakapan yang sangat terbatas. Mereka hidup di dataran rendah yang terdapat sumber air dan makanan. Hidup secara berkelompok dalam jumlah yang kecil, untuk saling melindungi diri dari binatang buas. Hidupnya berpindah-pindah tempat (Nomaden), apabila sumber makanan berkurang. Lalu ciri yang terakhir pada tingkat sederhana ini yaitu alat yang digunakan masih sangat sederhana, terbuat dari kayu yang tidak dibentuk, batu dan tulang.

Kedua yaitu Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut, memiliki ciri-ciri manusia pada masa ini berburu dengan menggunakan alat berupa kapak batu,tongkat dan tombak kayu yang berarti bahwa perburuan pada masa ini bisa menjangkau daerah yang cukup jauh. Proses mengumpulkan makanan tidaka hanya dilakukan disekiar tempat tinggalnya,tetapi mencakup daerah lainnya. Tinggal di gua-gua serta alat yang di gunakan masih berbentuk kasar.

Pertemuan Kali ini,kita akan fokus membahas manusia purba Homo sapiens. Jenis fosil homo memiliki ciri yang berbeda dengan Pithecantropus Erectus maupun Meganthropus Paleojavanicus. Bentuk tubuh jenis homo berdasarkan hasil arkeologi menemukan bahwa sudah mendekati tubuh manusia sekarang. Adapun fosil homo sapiens yang ditemukan di Indonesia adalah Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.

Fosil Homo soloensis ditemukan di Ngandong, Blora, di Sangiran dan Sambung Macan, Sragen, oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Von Koenigswald pada tahun 1931—1933 dari lapisan Pleistosen Atas. Homo Soloensis diperkirakan hidup sekitar 900.000 sampai 300.000 tahun yang lalu. Menurut Von Koenigswald makhluk ini lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan Pithecanthropus Erectus. Diperkirakan makhluk ini merupakan evolusi dan Pithecanthropus Mojokertensis. Oleh sebagian ahli, Homo Soloensis digolongkan dengan Homo Neanderthalensis yang merupakan manusia purba jenis Homo Sapiens dari Asia, Eropa, dan Afrika berasal dari lapisan Pleistosen Atas.

Homo Soloensis memiliki ciri fisik dengan tinggi badannya bervariasi antara 165-180 cm, Tengkoraknya agak besar dengan volume otak berkisar 1.000-1.300 cc dan berbentuk lonjong,tebal dan padat.

Sedangkan Homo Wajakensis ditemukan oleh Van Riestchoten pada tahun 1889 di desa Wajak, Tulungagung. Fosil ini kemudian diteliti oleh Eugene Dubois. Temuan fosil ini merupakan temuan fosil manusia purba pertama yang dilaporkan berasal dari Indonesia. Fosil Homo Wajakensis mempunyai tinggi badan sekitar 130—210 cm, dengan berat badan antara 30-150 kg. Volume otaknya mencapai 1300 cc Manusia purba jenis ini hidup antara 40.000 —25.000 tahun yang lalu, pada lapisan Pleistosen Atas. Apabila dibandingkan jenis sebelumnya, Homo Wajakensis menunjukkan kemajuan.

Makanannya sudah dimasak walaupun masih sangat sederhana. Tengkorak Homo Wajakensis memiliki banyak persamaan dengan tengkorak penduduk asli Australia, Aborigin. Oleh karena itu, Eugene Dubois menduga bahwa Homo WajakensIs termasuk dalam ras Australoide, bernenek moyang Homo Soloensis dan menurunkan bangsa Aborigin. Fosil Homo Wajakensis juga memiliki kesamaan dengan fosil manusia Niah di Serawak Malaysia, manusia Tabon di Palawan, Filipina, dan fosil-fosil Australoid dari Cina Selatan, dan Australia Selatan.

Kedua Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia tersebut sudah memiliki perkembangan kehidupan yang maju, mereka sudah melewati masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana dan tingkat lanjutan. Dimana pada masa bercocok tanam timbul suatu revolusi peradaban yang menyangkut kehidupan manusia pra sejarah. Pada saat itu terjadi perubahan dari tradisi food gathering (mengumpulkan makanan) kepada food producing ( menghasilkan makanan).

Kehidupan manusia sudah tidak tergantung lagi pada alam,oleh karena itu maka kehidupan nomaden pun hilang. Manusia pra sejarah pada masa ini sudah menghasilkan makanan sendiri dengan bercocok tanam dan berternak. Jenis tumbuhan yang ditanam antara lain padi,jagung, sukun,pisang dan ketela. Perkakas atau alat yang digunakan pada umumnya batu sudah diasah dan diumpam hingga halus.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup, manusia memberlakukan sistem barter (tukar menukar barang dengan barang). Alat tukar yang digunakan yaitu berupa garam,ikan laut yang dikeringkan atau kerajinan tangan seperti gerabah. Pada masa bercocok tanam juga sudah mengenal sistem kepercayaan terhadap roh nenek moyang dan kekuatan alam. Sistem kepecayaan ini ditunjukan melalui simbol simbol gambar berwarna, bangunan dan arca yang terbuat dari batu besar. 

Ket.Bagan : Masa Bercocok Tanam

Ket.Gambar : Homo Sapiens yang sudah mengenal api untuk memasak

 

 

Pada Masa Perundagian baik Homo Soloensis maupun Homo Wajakensis sudah mempunyai kelompok kerja, dimana kelompok kerjanya tersebut sudah terbentuk kelompok-kelompok kerja dalam bidang pertukangan. Sudah mengenal teknik pengolahan logam. Terdapat tiga cara dalam proses pembuatan logam, yaitu :

a.    Teknik bivalve yaitu teknik membuat perkakas logam dengan cara menggunakan cetakan yang ditangkupkan dan dapat dibuka.

b.    Teknik a cire perdue merupakan teknik pencetakan logam dengan terlebih dahulu membuat model benda dari lilin.

c.    Teknik tempa merupakan teknik pembuatan barang logam dengan cara memukul-mukul benda logam dalam keadaan panas atau tidak panas untuk dibuat perkakas yang diinginkan.

Sehingga alat upacara, senjata dan peralatan kerja yang di gunakan terbuat dari perunggu dan besi. Pada masa ini juga sudah mengenal perhiasan  dari emas, tempat ibadah digunakan untuk memuja roh nenek moyang, terbuat dari batu besar. Dalam hal Kepercayaan, berkembang kepercayaan Animisme dan Dinamisme. Animisme adalah kepercayaan terhadap adanya arwah nenek moyang, sedangkan dinamisme adalah kepercayaan bahwa benda-benda tertentu memiliki kekuatan gaib.

Ket.Gambar : Teknik Bivalve