Pendahuluan

Kuis

Referensi

 

Uraian

 

Pada Kegiatan Belajar 1 kita sudah membahas mengenai Kerajaan Mataram Kuno bercorak Hindu beserta prasasti pendukungnya. Sekarang kita akan mempelajari peninggalan kerajaan berupa candi-candi bercorak Hindu di Jawa Tengah. Candi merupakan bangunan tempat ibadah dari peninggalan masa lampau yang berasal dari agama Hindu-Buddha. Istilah ‘candi’ tidak hanya digunakan oleh masyarakat untuk menyebut tempat ibadah dengan bentuk bangunan layaknya bangunan peribadatan saja. Hampir semua situs-situs purbakala dari masa Hindu-Buddha atau Klasik Indonesia, baik sebagai istana, pemandian/petirtaan, gapura, dan sebagainya, disebut dengan istilah candi.

Kita akan membahas peninggalan berupa Candi bercorak Hindu, antara lain Kompleks Candi Dieng. Dataran tinggi Dieng adalah nama pegunungan yang berada sekitar 26 kilometer ke arah utara dari Kota Wonosobo, Jawa Tengah. Luasnya kurang lebih 619,846 hektar. Wilayahnya dikelilingi oleh beberapa gunung (gugusan gunung). Gunung-gunung itu antara lain: Sumbing, Sindoro dan Pegunungan Dieng sendiri. Nama Dieng, berasal dari kata Di-Hyang yang berarti "tempat bersemayamnya para dewa". Di ketinggian sekitar +/- 2100 meter dari permukaan air laut ada suatu dataran berukuran sekitar 14.000 meter persegi.

Dataran tinggi tersebut merupakan daratan yang terbentuk oleh kawah gunung berapi yang telah mati. Bentuk kawahnya terlihat jelas dari dataran yang terletak di tengah yang dikelilingi oleh bukit-bukit. Beberapa kawahnya masih aktif secara vulkanik, berupa gas/uap panas bumi. Satu hal yang menarik adalah di dataran tinggi tersebut ada peninggalan nenek moyang yang berupa beberapa candi (kompleks percandian).

Candi Dieng

 

Kompleks candi ini pertama kali ditemukan oleh seorang arkeolog berkebangsaan Belanda bernama Baron van Kinsbergen pada tahun 1814. Berbeda dengan candi-candi lain yang sebagian besar ditemukan terpendam di dalam tanah, candi-candi di dataran tinggi Dieng ini pada waktu itu terendam air rawa-rawa. Proses pengeringan dimulai lebih dari 40 tahun kemudian. Entah siapa yang memberi ide, candi-candi ini kemudian diberi nama sesuai dengan nama-nama tokoh. Candi utamanya adalah Candi Arjuna, yang berhadapan dengan candi berbentuk memanjang dengan atap limasan yang sering disebut sebagai Candi Semar.

Komplek Candi Dieng dibangun pada masa Hindu, karena di areal percandian tersebut banyak ditemukan peninggalan-peninggalan berupa arca-arca Dewa Siwa, Wisnu, Agastya, Ganesha dan lain-lainya yang bercirikan agama Hindu. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti siapa yang membangunnya. Menurut salah satu dari 12 prasasti yang ada, kompleks percandian tersebut dibuat tahun 731 (Saka) atau 809 Masehi. Jadi, pada awal abad ke-9.

Dilihat sepintas, Candi Dieng mirip dengan bangunan kuil-kuil di India. Namun jika dilihat lebih detail maka akan terlihat jelas perbedaannya. Ciri-ciri umum candi-candi di Dieng, berdenah bujur sangkar, mempunyai tiga bagian candi, yaitu kaki-tubuh-atap. Komplek percandian yang ada di dataran tinggi Dieng itu dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu kelompok Candi Arjuna, kelompok Candi Gatotkaca, kelompok Candi Dwarawati, dan kelompok Candi Bima. Masing-masing kelompok terdiri dari beberapa candi yang juga dinamai dengan nama tokoh-tokoh dalam cerita Mahabarata.

 

1. Kelompok Candi Arjuna

Kelompok Candi Arjuna terletak di tengah kawasan Candi Dieng, terdiri atas 4 candi yang berderet memanjang arah utara-selatan. Candi Arjuna berada di ujung selatan. Tepat di depan Candi Arjuna, terdapat Candi Semar. Keempat candi di komples ini menghadap ke barat, kecuali Candi Semar yang menghadap timur ke arah Candi Arjuna. Kelompok candi ini dapat dikatakan yang paling utuh dibandingkan kelompok candi lainnya di kawasan Dieng. Candi Arjuna mirip dengan candi-candi di komplek Gedong Songo yang juga bercorak Hindu. Berdenah dasar persegi dengan luas sekitar 4 m2. Tubuh candi berdiri di atas batu setinggi sekitar 1 m. Di sisi barat terdapat tangga menuju pintu masuk ke ruangan kecil dalam tubuh candi. Pintu candi dilengkapi dengan semacam bilik penampil yang menjorok keluar sekitar 1 m dari tubuh candi. Di atas ambang pintu dihiasi dengan pahatan.

Candi Arjuna

                                                                                        

Kelompok Candi Gatotkaca

 

Sumber Kelompok Candi Gatotkaca tempatnya agak tinggi dibandingkan dengan kelompok Candi Arjuna, yakni di sebelah barat telaga Bale Kambang dan di lereng bukit Panggonan. Candi Gatotkaca menghadap ke barat dan bebentuk bujur sangkar berukuran 4,5 m x 4,5 m. Kelompok Candi Gatotkaca terdiri atas 5 candi, yaitu Candi Gatutkaca, Candi Setyaki, Candi Nakula, Candi Sadewa, Candi Petruk dan Candi Gareng, namun saat ini yang masih dapat dilihat bangunannya hanya Candi Gatotkaca. Keempat candi lainnya hanya tersisa reruntuhannya saja.

 

2. Kelompok Candi Dwarawati

Kelompok Dwarawati terdiri atas 4 candi, yaitu Candi Dwarawati, Candi Abiyasa, Candi Pandu, dan Candi Margasari. Akan tetapi, saat ini yang berada dalam kondisi relatif utuh hanya satu candi, yaitu Candi Dwarawati. Bentuk Candi Dwarawati mirip dengan Candi Gatotkaca, yaitu berdenah dasar segi empat dengan penampil di keempat sisinya. Tubuh candi berdiri di atas batu setinggi sekitar 50 cm. Tangga dan pintu masuk, yang terletak di sisi barat, saat ini dalam keadaan polos tanpa pahatan. Bagian atas relung melengkung dan meruncing pada puncaknya. Ketiga relung pada dinding tubuh candi tersebut saat ini dalam keadaan kosong tanpa arca. Puncak atap sudah tak tersisa lagi sehingga tidak diketahui bentuk aslinya. 

Kelompok Candi Dwarawati

 

3. Kelompok Candi Bima

Kelompok Candi Bima terletak menyendiri di atas bukit. Candi ini merupakan bangunan terbesar di antara kumpulan Candi Dieng. Bentuknya berbeda dari candi-candi di Jawa Tengah bagian utara pada umumnya. Kaki candi mempunyai denah dasar bujur sangkar, namun karena di setiap sisi agak menonjol keluar, maka seolah-olah denah dasar Candi Bima berbentuk segi delapan. Penampilan di bagian depan menjorok sekitar 1,5 m, berfungsi sebagai bilik  menuju ruang utama dalam tubuh candi. yang ketiga sisi lainnya membentuk relung tempat meletakkan arca.

Kelompok Candi Bima kini tinggal satu candi saja yang masih utuh dan terletak pada deretan ujung paling selatan, menghadap ke timur. Bentuknya  bujur sangkar berukuran 6 m x 6 m, sedangkan pondasinya berbentuk segi delapan, tinggi candi 8 m. Atapnya dipenuhi hiasan dan terdiri dari tiga tingkatan.

Relief Candi Bima

 

Candi Prambanan

Setelah membahas Kompleks Candi Dieng yang terletak di Dataran Tinggi Dieng, sekarang mari kita membahas peninggalan Hindu lain, yaitu Candi Prambanan. Candi Prambanan adalah bangunan suci agama Hindu yang dibangun di abad ke-10 pada masa pemerintahan dua raja, Rakai Pikatan dan Rakai Balitung. Candi ini terletak 17 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, di tengah area yang kini dibangun taman. Menurut penduduk sekitar, Candi ini dikenal juga sebagai Candi Loro Jonggrang, mengacu kepada patung Dewi Durga di Candi Siwa yang dianggap sebagai penjelmaan Loro Jonggrang, seorang puteri asli Prambanan.

Stuktur Candi Prambanan

 

Candi Prambanan memiliki tiga candi utama di halaman utama seluruhnya menghadap ke timur, yaitu Candi Wisnu, Brahma, dan Siwa. Ketiga candi tersebut adalah lambang Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu. Selain itu, masih terdapat 2 candi apit, 4 candi kelir, dan 4 candi sudut. Sementara, halaman kedua memiliki 224 candi.

Candi Siwa berukuran lebih besar dari candi lainnya, berada di halaman pertama dan diapit oleh candi Wisnu dan candi Brahma. Candinya sendiri berukuran dasar 17 x 17 m, tinggi candi keseluruhannya adalah 47 m, yang berdiri di atas suatu pondasi yang terletak di tengah dan bangunannya paling tinggi. Ketika memasuki ruangan anda akan menemui 4 buah ruangan. Satu ruangan utama berisi arca Siwa, sementara 3 ruangan yang lain masing-masing berisi arca Durga (istri Siwa), Agastya (guru Siwa), dan Ganesha (putra Siwa). Candi Prambanan pernah rusak terkena gempa bumi tahun 1911, kemudian direhabilitasi pada tahun 1918, selesai dipugar dan diresmikan Presiden RI pertama yaitu Ir. Sukarno pada 20 Desember 1953.

Menurut agama Hindu, Lambang Trimurti terdiri atas Dewa Brahma sebagai pencipta alam, kemudian Dewa Wisnu sebagai pemelihara alam, dan Dewa Siwa sebagai perusak alam. Di Pulau Jawa penghormatan dan kedudukan dewa-dewa agak berlainan, Dewa terpenting ialah Dewa Siwa, kemudian Dewa Wisnu dan yang ketiga Dewa Brahma.

 

4. Candi Siwa

Bangunan candi Rara Jonggrang (Candi Siwa) terbagi tiga bagian secara vertikal yaitu kaki, tubuh dan kepala. Kaki candi menggambarkan “dunia bawah” tempat manusia yang masih diliputi hawa nafsu, tubuh candi menggambarkan “dunia tengah” tempat manusia yang telah meninggalkan keduniawian sedangkan kepala melukiskan “dunia atas” tempat para Dewa.

Menurut mitologi Hindu, Dewi Durga tercipta dari lidah-lidah api yang keluar dari tubuh para Dewa. Durga merupakan Dewi kematian, oleh karena itu arca Durga menghadap ke utara yang merupakan mata angin kematian. Sebenarnya arca Durga ini sangat indah apabila dipandang dari kejauhan, nampak hidup dan tersenyum namun hidungnya telah rusak.

Relief Arca Durga

 

 

Relief Arca Agastya

 

 

Candi Siwa

 

5. Candi Nandi

Candi Nandi terletak di deretan sebelah timur dan merupakan candi yang mempunyai luas pada dasar sebesar 15 meter persegi dan mempunyai ketinggian 25 meter. Candi Nandi mempunyai satu jalan masuk yang menghadap kebarat tepat di depan jalan masuk candi Rara Jonggrang. Dinding luar candi terdapat dua macam gambar yang berdampingan. Gambar pertama merupakan gambar ruangan yang berisi seekor singa diantara dua tiang dan diatasnya gambar kalamakara. Gambar kedua merupakan satu pohon yang daunnya terpahat halus dan dibawahnya di kanan-kiri terdapat dua ekor burung. Didalam satu-satunya ruangan yang ada terdapat arca seekor lembu jantan yang berbaring menghadap ke candi Siwa, yaitu Nandi, hewan yang biasa dikendarai oleh Siwa. Arca lembu yang terdapat dalam candi Nandi mempunyai panjang kurang lebih 2 meter. 

 

Arca Candi Nandi

 

Beralih ke Candi Wisnu yang terletak di sebelah utara candi Siwa, anda hanya akan menjumpai satu ruangan yang berisi arca Wisnu. Candi Wisnu pernah dipugar pada tahun 1982, selesai dan diresmikan pada tahun 1991 oleh Presiden RI kedua yaitu Jenderal Soeharto.

Arca Candi Wisnu

 

6. Candi Garuda

Candi pendamping yang cukup memikat adalah Candi Garuda yang terletak di hadapan Candi Wisnu. Candi ini menyimpan kisah tentang sosok manusia setengah burung yang bernama Garuda. Garuda merupakan burung mistik dalam mitologi Hindu yang bertubuh emas, berwajah putih, bersayap merah, berparuh dan bersayap mirip elang. Garuda merupakan kendaraan Wisnu. Diperkirakan, sosok itu adalah adaptasi Hindu atas sosok Bennu (berarti 'terbit' atau 'bersinar', biasa diasosiasikan dengan Dewa Re) dalam mitologi Mesir Kuno atau Phoenix dalam mitologi Yunani Kuno. Garuda bisa menyelamatkan ibunya dari kutukan Aruna (kakak Garuda yang terlahir cacat) dengan mencuri Tirta Amerta (air suci para dewa).

Candi Garuda

 

Kemampuan menyelamatkan itu yang dikagumi oleh banyak orang sampai sekarang dan digunakan untuk berbagai kepentingan. Indonesia menggunakannya untuk lambang negara. Konon, pencipta lambang Garuda Pancasila mencari inspirasi di candi ini. Negara lain yang juga menggunakannya untuk lambang negara adalah Thailand, dengan alasan sama tapi adaptasi bentuk dan kenampakan yang berbeda. Di Thailand, Garuda dikenal dengan istilah Krut atau Pha Krut.

Prambanan juga memiliki relief candi yang memuat kisah Ramayana. Menurut para ahli, relief itu mirip dengan cerita Ramayana yang diturunkan lewat tradisi lisan. Relief lain yang menarik adalah pohon Kalpataru yang dalam agama Hindu dianggap sebagai pohon kehidupan, kelestarian dan keserasian lingkungan. Di Prambanan, relief pohon Kalpataru digambarkan tengah mengapit singa. Keberadaan pohon ini membuat para ahli menganggap bahwa masyarakat abad ke-9 memiliki kearifan dalam mengelola lingkungannya.

Kalau diteliti, kalian juga bisa melihat berbagai relief burung, kali ini burung yang nyata. Relief-relief burung di Candi Prambanan begitu spesifik dan natural sehingga para biolog dapat mengidentifikasinya sampai tingkat genus. Salah satunya relief Kakatua Jambul Kuning (Cacatua Sulphurea) yang mengundang pertanyaan. Sebabnya, burung itu sebenarnya hanya terdapat di Pulau Masakambing, sebuah pulau di tengah Laut Jawa. 

 

Relief Burung di Candi Prambanan

 

Demikian juga Candi Brahma yang terletak di sebelah selatan Candi Siwa. Pemugaran candi Brahma dimulai pada tahun 1977, selesai dan diresmikan oleh Prof Dr. Haryati Soebandio tanggal 23 Maret 1987. Candi Brahma berukuran lebih kecil dan berbentuk persegi empat dengan sudutnya menonjol ke luar. Candi Brahma mempunyai luas dasar 20 meter persegi dan mempunyai ketinggian dari dasar 37 meter. Pada dinding luar candi terdapat gambar ruangan berisi singa yang berdiri diantara dua tiang dan diatasnya terdapat gambar kalamakara. Berbeda dengan candi induk, Candi Brahma hanya mempunyai satu pintu masuk dan satu ruang yang menghadap ke timur. Ruang tersebut berdiri arca Brahma yang mempunyai empat kepala dan empat lengan. Salah satu tangannya memegang semacam tasbih dan tangan yang satunya memegang “kamandalu”. Kamandalu merupakan tempat air. Keempat wajah menggambarkan keempat kitab suci Weda, masing-masing menghadap keempat arah mata angin. Pada keempat lengannya menggambarkan keempat arah mata angin. Sebagai pencipta ia membawa air karena seluruh alam keluar dari air. Tasbih yang ada di tangan arca Brahma menggambarkan waktu. Arca Brahma digambarkan sebagai dewa pencipta alam. Di bawah arca Brahma juga terdapat sumur dan hanya berisi tanah. Dinding ruang tidak dihias dan terdapat pada tiap sisi dinding satu batu yang menonjol untuk tempat penerangan.

Candi pendamping dari Candi Brahma adalah Candi Angsa. Candi ini mempunyai satu ruangan yang tak berisi apapun. Luas dasarnya 13 meter persegi dan tingginya 22 meter. Mungkin ruangan ini hanya dipakai untuk kandang angsa hewan yang biasa dikendarai oleh Dewa Brahma.

Candi Angsa