![]() |
![]() |
Peninggalan Zaman Pra Sejarah
Uraian
Perlu ditegaskan bahwa dengan dimulainya zaman logam bukan berarti berakhirnya zaman batu, karena pada zaman logam alat-alat dari batu terus berkembang bahkan sampai sekarang. Sesungguhnya nama zaman logam hanyalah untuk menyatakan bahwa pada zaman tersebut alat-alat dari logam telah dikenal dan dipergunakan secara dominan. Zaman logam disebut juga dengan zaman perundagian. Zaman undagi, yaitu zaman yang masyarakatnya memiliki jenis keterampilan tertentu.
Pada zaman logam masyarakatnya menunjukan kemampuan dalam menambang bahan untuk membuat benda/peralatan. Masyarakat sudah mengenal teknik-teknik pengolahan logam seperti teknik bivalve yaitu teknik pengecoran yang cetakannya di buat dari dua bagian atau lebih, terbuat dari batu atau tanah liat yang dikeraskan, cetakan itu disatukan dan diikat setelah itu diisi dengan cairan perunggu. Kemudian cetakan akan dilepas setelah keras dan dingin. Teknik ini dapat dilakukan berulang kali dengan cetakan yang sama atau berbeda sesuai dengan benda yang ingin dibuat.
Teknik A Cire Perdue atau cetakan lilin adalah teknik pengecoran yang cetakannya terbuat dari lilin terbungkus dengan tanah liat. Lilin kemudian dipanaskan sehingga mencair dan tinggal cetakan dari tanah liat yang memiliki rongga. Cairan perunggu dituangkan pada rongga tersebut, setelah dingin cetakan dihancurkan. Akan tetapi teknik ini hanya dapat dilakukan satu kali untuk setiap pembuatan benda perunggu.Zaman Logam dibedakan menjadi dua bagian yaitu Zaman Perunggu dan Zaman Besi. Adapun ciri-ciri Zaman Logam, yaitu :
Peninggalan budaya perunggu lainnya adalah kapak corong, nekara, bejana dan perhiasan. Kapak corong pada dasarnya bentuknya tidak jauh berbeda dengan kapak pada zaman batu, hanya bagian tangkainya yang berbentuk corong. Corong tersebut dipakai untuk tempat tangkai kayu dan cara memasukkannya mirip seperti memakai sepatu maka, kapak corong sering juga disebut kapak sepatu.
Nekara merupakan alat bunyi-bunyian yang digantung mendatar dan dipukul dari atas. Di Indonesia nekara dipergunakan waktu upacara-keagamaan dengan ditabuh untuk memanggil arwah/roh nenek moyang, dipakai sebagai genderang perang dan dipakai sebagai alat memanggil hujan. Nekara berukuran kecil disebut moko, cara membunyikan moko ialah sebagai berikut : ditempatkan di bawah ketiak, kemudian dipukul/tabuh dengan tangan. Daerah penemuan Nekara dan moko di Indonesia antara lain Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Bali, Pulau Sumbawa, Pulau Sangean, Pulau Roti dan pulau Kei serta pulau Selayar. Di antara nekara-nekara yang ditemukan di Indonesia, biasanya beraneka ragam sehingga melalui hiasan-hiasan tersebut dapat diketahui gambaran kehidupan dan kebudayaan yang ada pada masyarakat prasejarah. Contoh nekara yang ditemukan di desa Intaran daerah Pejeng Bali, memiliki ketinggian 1,86 meter dengan garis tengahnya 1,60 meter, nekara tersebut dianggap suci, sehingga ditempatkan di Pure Penataran Sasih. Dalam bahasa Bali, sasih artinya bulan, maka nekara tersebut dinamakan nekara Bulan Pejeng.
Bejana merupakan alat untuk menyimpan air.Bejana perunggu di Indonesia ditemukan di tepi Danau Kerinci (Sumatera) dan Pulau Madura, yang bentuknya seperti periuk tetapi langsing dan gepeng. Kedua bejana yang ditemukan mempunyai hiasan yang serupa dan sangat indah.
Jenis perhiasan dari perunggu yang ditemukan sangat beragam bentuknya yaitu seperti kalung, gelang tangan dan kaki, bandul kalung dan cincin. Di antara bentuk perhiasan tersebut terdapat cincin yang ukurannya kecil sekali, bahkan lebih kecil dari lingkaran jari anak-anak.
Arca perunggu/patung yang berkembang pada zaman logam memiliki bentuk beranekaragam, ada yang berbentuk manusia, ada juga yang berbentuk binatang.Pada umumnya arca perunggu bentuknya kecil-kecil dan dilengkapi cincin pada bagian atasnya. Adapun fungsi dari cincin tersebut sebagai alat untuk menggantungkan arca itu sehingga tidak mustahil arca perunggu yang kecil dipergunakan sebagai Liontin/bandul kalung.Daerah penemuan arca perunggu di Indonesia adalah Bangkinang (Riau), Palembang (Sumatera Selatan) dan Limbangan (Bogor).
Pada zaman logam di samping berkembang kebudayaan perunggu, juga terdapat alat-alat kehidupan yang terbuat dari besi, walaupun jumlahnya tidak banyak. Jenis barang yang terbuat dari besi tersebut antara lain kapak, sabit, pisau, cangkul, pedang, tongkat dll.Daerah penemuan alat kebudayaan besi antara lain di Bogor, Wonosari, Ponorogo dan Besuki.
Kepulauan Nusantara hanya mengalami dua masa Zaman Logam, yaitu Zaman Besi dan Perunggu, sedangkan Zaman Tembaga tidak dikenal, berbeda dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Vietnam yang mengalami zaman tersebut. Sejalan dengan kemajuan-kemajuan yang sudah dicapai manusia dalam meningkatkan taraf hidupnya, maka pada susunan masyarakat sudah beragam. Mereka sudah mengenal sistem persawahan dan perdagangan yang menggunakan sistem barter.