![]() |
![]() |
Peninggalan Zaman Pra Sejarah
Uraian
Pada zaman pra sejarah, manusia belum mengenal tulisan.Tetapi manusia pra sejarah sudah meninggalkan peradaban. Peradaban tersebut semakin maju dari masa ke masa karena adanya kelompok masyarakat dinamis yang nantinya akan membentuk kebudayaan baru.
Berdasarkan tingkat peradabannya atau benda/alat peninggalan yang digunakan, zaman pra sejarah dibedakan atas beberapa kurun waktu yaitu Zaman Batu dan Zaman Logam.
Zaman Batu
Zaman batu menunjuk pada suatu periode di mana alat-alat kehidupan manusia umumnya/dominan terbuat dari batu, walaupun ada juga alat-alat tertentu yang terbuat dari kayu dan tulang. Dari alat-alat peninggalan zaman batu tersebut, melalui Metode Tipologi (cara menentukan umur berdasarkan bentuk atau tipe benda peninggalan), maka zaman batu dibedakan lagi menjadi 4 zaman yaitu zaman batu tua, zaman batu madya, zaman batu muda dan zaman batu besar. Zaman Batu memiliki ciri-ciri yaitu :
Untuk lebih jelasnya perhatikan di bawah ini :
1. Zaman Batu Tua (Palaeolithikum)
Zaman Batu Tua sering pula disebut sebagai zaman primer, berlangsung selama 340 juta tahun. Makhluk hidup yang muncul pada zaman ini seperti mikro organisme, ikan, ampibi, reptil dan binatang yang tidak bertulang punggung. Pada zaman ini juga ditandai dengan masih kasarnya perkakas yang digunakan. Pembuatannya dilakukan dengan cara membenturkan batu satu dengan lainnya dan dipangkas sebelum digunakan. Penduduknya pun masih berpindah-pindah/mengembara (nomaden). Berdasarkan tempat penemuannya kebudayaannya dibagi dua yaitu Kebudayaan Pacitan dan Ngandong.
Dalam kehidupan sehari-hari istilah kebudayaan diartikan dengan hal-hal yang menyangkut kesenian dan adat istiadat. Bahkan tidak jarang media massapun ikut mempopulerkan istilah kebudayaan terbatas pada hal-hal yang bersangkutan dengan unsur seni. Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta “Buddhayah” yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk menciptakan sarana yang dapat membantu hidupnya. Sedangkan kata fosil berasal dari kata fodere yang berarti tulang. Fosil terdiri dari : fosil manusia, fosil hewan dan fosil tumbuhan. Secara umum fosil adalah sisa-sisa dari makhluk hidup yang telah terkubur dan menjadi batu jutaan tahun yang lalu.
Kebudayaan Pacitan meliputi daerah hulu Sungai Madiun di pantai selatan Jawa Timur,selain itu kebudayaan yang sejenis dengan Kebudayaan Pacitan ditemukan pula di Lahat (Sumatra Selatan), dan Parigi (Sulawesi Selatan). Banyak ditemukan kapak genggam/kapak perimbas (chopper). Diberi nama kapak genggam, karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara mempergunakannya dengan cara menggenggam.
Kebudayaan Ngandong di daerah wilayah dekat Ngawi, Madiun (Jawa Timur) selain budaya batu disana juga ditemukan budaya tulang (bone culture) berupa alat penusuk dan tanduk. Tulang yang besar digunakan untuk alat pengorek. Diperkirakan bahwa pendukung kebudayaan Ngandong adalah Homo Soloensis (lembah Bengawan Solo Sangiran, Trinil) dan Homo Wajakensis (lembah sungai Brantas, di desa Wajak). Kedua Manusia tersebut hidupnya masih food gathering(mengumpulkan makanan) dan nomaden (berpindah-pindah).
2. Zaman Batu Madya (Mesolithikum)
Berlangsung selama kira-kira 140 juta tahun, dengan ciri kebudayaan Mesolithikum tidak jauh berbeda dengan kebudayaan Palaeolithikum, tetapi pada masa Mesolithikum manusia yang hidup pada zaman tersebut sudah ada yang menetap sehingga kebudayaan Mesolithikum yang sangat menonjol dan sekaligus menjadi ciri dari zaman ini yang disebut dengan kebudayaan Kjokkenmoddinger dan Abris sous Roche.Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark yaitu kjokken artinya dapur dan modding artinya sampah jadi Kjokkenmoddinger arti sebenarnya adalah sampah dapur. Dalam kenyataan Kjokkenmoddinger adalah timbunan atau tumpukan kulit kerang dan siput yang mencapai ketinggian ± 7 meter dan sudah membatu/menjadi fosil. Kjokkenmoddinger ditemukan disepanjang pantai timur Sumatera.
Abris sous roche adalah tempat perlindungan di bawah karang (gua karang) merupakan tempat tinggal yang digunakan manusia purba yang terdapat di tepi laut atau di daerah pegunungan kapur. Merupakan tempat tinggal yang bersifat sementara yang berbentuk gua. Banyak di temukan di Pacitan (Jawa Timur), Teluk Tiron (Papua), Pulau Seram (Maluku), dan Sulawesi Selatan. Dalam gua ini para manusia purba hidup berkelompok sekitar 25 sampai 35 orang.
Pada zaman ini juga ditandai dengan alat-alat yang mulai diasah. Wujudnya seperti kapak sumatera (pebble), kapak pendek (hance courte), Batu pipisan selain dipergunakan untuk menggiling makanan juga dipergunakan untuk menghaluskan cat merah, bahan cat merah yang dihaluskan berasal dari tanah merah.Mengenai fungsi dari pemakaian cat merah tidak diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan bahwa cat merah dipergunakan untuk keperluan keagamaan.Tercatat bahwa Homo Sapien (manusia cerdas) adalah pendukung kebudayaan tersebut. Dr. Van Stein Callenfelsahli sejarahwan dari Belanda juga disebut sebagai bapak Prasejarah Indonesia, yang menemukan fosil Homo Sapiens tsb.
3. Zaman Batu Muda (Neolithikum)
Pada zaman ini ditandai dengan kapak sebagai alat utama manusia, pembuatannya sudah sangat halus karena mereka sudah mengenal teknik mengasah yang benar, sehingga kegunaannya menjadi semakin sempurna. Kebudayaan ini dibagi menjadi dua yaitu: kapak Persegidan kapak Lonjong. Kapak Persegi ini berbentuk persegi panjang atau trapesium, dapat ditemukan di Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Kepulauan Nusa Tenggara, Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Pulau Kalimantan. Variasi lain dari kapak persegi ini antara lain kapak bahu, kapak tangga, kapak biola, dan kapak penarah.Sedangkan kapak lonjong berbentuk lonjong atau bulat telur. Yang besar disebut dengan walzenbeil dan yang kecil disebut keinbeil dan keduanya dapat ditemukan di Kepulauan Maluku dan Pulau Irian (Papua). Sampai saat ini masyarakat Papua masih banyak menggunakannya untuk menebang kayu dan merambah hutan belukar.
Pada Zaman Batu Muda selain berkembang kapak persegi dan kapak lonjong juga terdapat barang-barang yang lain seperti perhiasan, gerabah dan pakaian. Perhiasan yang banyak ditemukan umumnya terbuat dari batu, baik batu biasa maupun batu berwarna/batu permata (chalsedon) atau juga terbuat dari kulit kerang. Selain perhiasan, gerabah juga mulai dikenal pada zaman ini, teknik pembuatannya masih sangat sederhana, karena hanya menggunakan tangan tanpa bantuan roda pemutar seperti sekarang. Sedangkan pakaian yang dikenakan berasal dari kulit kayu. Dan kesimpulan tersebut diperkuat dengan adanya pakaian suku Dayak dan suku Toraja, yang terbuat dari kulit kayu.
Manusia pada zaman ini sudah tinggal menetap di atas pohon atau rumah panggung yang bertujuan untuk menghindari banjir dan serangan binatang buas, mereka juga sudah hidup dalam kelompok yang besar. Pada zaman ini, masyarakat sudah mulai menghasilkan makanan (food producing) dengan bercocok tanam dan beternak. Dalam setiap kelompok mempunyai pemimpin yang bertugas mengatur masyarakat, seorang pemimpinnya dipilih melalui primus interpares atau pemilihan yang dilakukan secara musyawarah.
Masyarakat pada zaman ini percaya adanya kekuatan “di luar” kekuatan manusia seperti animisme dan dinamisme. Animisme adalah kepercayaan terhadap roh. Manusia purba percaya bahwa roh nenek moyang masih berpengaruh terhadap kehidupan didunia. Mereka juga memercayai adanya roh di luar roh manusia yang dapat berbuat jahat dan berbuat baik. Roh-roh itu mendiami benda, misalnya pohon, batu,gunung, dsb. Penguburan dilaksanakan di tempat yang dianggap sebagai asal usul anggota masyrakat/tempat tinggal nenek moyang.
Dinamisme adalah kepercayaan bahwa segala sesuatu mempunyai tenaga atau kekuatan pada suatu benda yang dapat memengaruhi keberhasilan atau kegagalan usaha manusia dalam mempertahankan hidup. Mereka percaya terhadap kekuatan gaib dan kekuatan itu dapat menolong mereka. Sebenarnya ada satu lagi kepercayaan yang mereka percaya yaitu totemisme. Totemisme adalah kepercayaan bahwa hewan tertentu dianggap suci dan dipuja karena memiliki kekuatan supranatural. Hewan yang dianggap suci antara lain sapi,ular, dan harimau.
Agar mereka tidak diganggu roh jahat, mereka memberikan sesaji kepada roh-roh tersebut. Pemujaan terhadap roh ini diadakan dengan upacara-upacara khusus disertai sesaji. Selain itu mereka juga mempercayai adanya kehidupan lain bagi seseorang yang sudah meninggal.Zaman baru ini sering dikatakan sebagai landasan budaya nasional indonesia.
4. Zaman Batu Besar (Megalithikum)
Merupakan budaya batu besar dengan arti sebenarnya, jadi berbeda dengan pembuatan alat-alat sebelumnya yang ukurannya kecil. Hasil kebudayaan Megalitikum antara lain menhir, dolmen, sarkofagus,punden berundak dan arca batu. Menhir ialah tiang/tugu batu terbuat dari batu tunggal, ditemukan di Pasemah(Sumatera Selatan). Digunakan sebagai sarana Pemujaan roh nenek moyang, memperingati seseorang yang telah meninggal, dan Tempat menampung kedatangan roh.
Dolmen merupakan bangunan berupa meja batu yang berfungsi untuk meletakkan sesaji, karena dibawahnya merupakan makam. Cara pemakamannya bukan dibaringkan tetapi, didudukkan dengan diselimuti dengan sejumlah kain tenun tradisional milik keluarga. Benda ini banyak kita jumpai di daerah Sumatra Selatan, dan Nusa Tenggara Timur.
Sarkofagus atau keranda berupa peti jenazah dari batu. Terdiri atas dua bagian, bagian bawah untuk tempat jenazah berbentuk lesung, dan bagian atas sebagai penutup. Biasanya, jika seseorang wafat sering dilengkapi dengan bekal kubur seperti kapak persegi dan manik-manik. Benda ini banyak ditemukan di pulau Bali.
Punden Berundak adalah bangunan pemujaan yang berundak-undak(bertingkat) sebagai tempat pemujaan arwah. Perkembangan lebih lanjut bentuk punden dijadikan dasar pembangunan candi. Bangunan ini banyak ditemukan di Cisolok, Sukabumi.
Arca atau Patung batu biasanya merupakan simbol dari roh nenek moyang atau perwujudan dari dewa-dewa. Bisa berupa/berbentuk manusia dan binatang. Arca banyak kita jumpai di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung.