Pendahuluan

Kuis

Referensi

 

Uraian

 

Pada kegiatan belajar 1 ini kamu akan diperdengarkan audio (rekaman) pembacaan dongeng  tentang asal-usul sebuah tempat. Kamu diminta untuk mendengarkan pembacaan dongeng dengan saksama. Yang dimaksud dengan mendengarkan dengan saksama adalah mendengarkan dengan penuh perhatian untuk mencegah kesalahpahaman. Saat kamu mendengarkan dongeng, kamu dapat mencatat hal-hal penting yang merupakan pokok-pokok isi dongeng. Kamu pun dapat mengenali pokok-pokok tersebut berdasarkan cirinya, yaitu

  1. Kata atau kalimat yang diucapkan perlahan oleh pembaca dongeng dapat menandakan bahwa kata atau kalimat tersebut merupakan pokok dongeng, seperti penyebutan tempat dan waktu.
  2. Kata atau kalimat yang diucapkan dengan intonasi naik dapat menandakan bahwa kata atau kalimat tersebut merupakan seruan.
  3. Kata atau kalimat yang diucapkan dengan intonasi turun dapat menandakan bahwa kata atau kalimat tersebut merupakan pertanyaan.
  4. Tokoh yang disebutkan berulang-ulang atau disebutkan berganti-ganti menandakan bahwa itu tokoh itu merupakan tokoh kunci.

 

A.  Menemukan Pokok-pokok Isi dalam Dongeng

Pada kegiatan belajar 1 ini, kamu akan belajar menemukan pokok-pokok isi dalam dongeng yang telah didengarkan. Untuk menemukan pokok-pokok isi di dalam dongeng, kamu harus mengenali ciri-ciri pokok-pokok isi dongeng. Namun, sebelum kamu menemukan pokok-pokok isi dalam dongeng tersebut, kamu diminta untuk mendengarkan pembacaan dongeng dengan saksama. Untuk memperjelas pembacaan dongeng, materi ini dilengkapi  dengan teks dongeng  sebagai pendamping bahan simakan dan animasi pokok-pokok isi dongeng.

Ciri-ciri pokok-pokok isi dongeng dapat berupa kalimat seruan, perintah, nasihat, dan larangan. Perhatikan contoh kalimat berikut.

a. "Ya ampun, garamnya habis!" kata tuannya dengan marah. (kalimat seruan)

b.  "Terbanglah terus! Pulau itu berada agak jauh ke timur.”  (kalimat perintah)

c. "Ingatlah An Li, ketamakan dan rasa tidak puas hanya akan menghancurkanmu!” (kalimat nasihat)

d. "Hai, Raja yang sombong, kau tidak usah mengusirku!” (kalimat larangan)

 

Cara menemukan pokok-pokok isi dongeng, yaitu menemukan tema dan pesan dalam dongeng, mencermati perilaku atau aksi tokoh, tempat  peristiwa, waktu peristiwa, dan hubungan di antaranya.

Cermatilah  penjelasan berikut.

Menemukan tema dan pesan dalam dongengSebuah dongeng pasti mengandung tema dan pesan yang hendak disampaikannya kepada pembaca. Biasanya antara tema dan pesan saling berkaitan. Sebagai contoh, dongeng Malin Kundang memiliki tema  durhaka pada ibu. Pesan yang dapat diambil dari dongeng tersebut antara lain, seorang anak harus berbakti kepada orang ibunya dan rela berkorban demi menyenangkan hati orang tuanya.

Perhatikan contoh kalimat berikut

“Aku tak memiliki ibu yang miskin, tua, dan jelek seperti kamu. Ibuku adalah wanita cantik, terhormat, dan kaya. Jangan dekati aku! Pergi sana!” usir Malin Kundang  kepada ibunya.

Berdasarkan contoh kalimat petikan dongeng di atas dapat dilihat bahwa kalimat tersebut  berkaitan dengan tema dan pesan dalam dongeng. Hal ini dapat dilihat dari kalimat perintah dan larangan  sebagai cirinya.

 

B. Mencermati Perilaku dan Aksi Tokoh

Mencermati perilaku dan aksi tokoh pun merupakan salah satu cara menemukan pokok-pokok isi dongeng, baik perilaku yang menyenangkan maupun yang menyebalkan.

Perhatikan contoh kalimat berikut :

  1. Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.
  2. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. “Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?” katanya sambil memeluk Malin Kundang. Melihat wanita tua yang berpakaian lusuh dan kotor memeluknya, Malin Kundang menjadi marah meskipun ia mengetahui bahwa wanita tua itu adalah ibunya  karena dia malu bila hal ini diketahui oleh istrinya dan juga anak buahnya.  

Berdasarkan dua contoh kalimat di atas dapat dilihat bahwa si Malin kundang memang memiliki perilaku  yang nakal sejak kecil. Lengan kanannya terluka dan berbekas karena aksi kenakalannya. Bekas luka  tersebutlah yang menjadi tanda dan cirri Malin Kundang sehingga ibunya mudah mengenalinya.

 

C. Tempat dan Waktu Peristiwa

Tempat dan waktu peristiwa dapat mewakili sebuah dongeng sebagai bentuk penggambaran peristiwa yang terjadi dalam dongeng.

Perhatikan contoh kalimat berikut.

  1. Malin Kundang adalah cerita rakyat  yang berasal dari Padang, Provinsi Sumatera Barat , Indonesia.
  2. Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya.

 

Tempat  terjadinya peristiwa Malin Kundang adalah di Padang, Provinsi Sumatera Barat. Waktu terjadinya adalah pada zaman dahulu dan berlangsung cukup lama, yaitu sejak Malin Kundang merantau pada waktu masih kecil hingga ia menikah dan menjadi orang kaya raya.

 

ASAL-USUL TELAGA WARNA

 

Zaman dahulu, ada sebuah kerajaan di Jawa Barat  bernama Kutatanggeuhan. Kutatanggeuhan merupakan kerajaan yang makmur dan damai. Raja Kutatanggeuhan bernama Prabu Suwartalaya dan permaisurinya bernama Ratu Purbamanah. Raja dan ratu sangat bijaksana sehingga kerajaan tersebut makmur dan tenteram.

Sayangnya, Prabu dan istrinya belum memiliki anak. Hal itu membuat raja dan ratu sangat sedih. Penasehat Prabu menyarankan  agar mereka mengangkat anak. Namun,  Prabu dan Ratu tidak setuju. “Buat kami, anak kandung adalah lebih baik dari pada anak angkat,” sahut mereka.

Ratu sering murung dan menangis. Prabu pun ikut sedih melihat istrinya. Lalu Prabu pergi ke hutan untuk bertapa. Di sana Prabu terus berdoa agar dikaruniai seorang anak. Beberapa bulan kemudian, keinginan mereka terkabul. Ratu pun mulai hamil. Seluruh rakyat di kerajaan itu senang sekali. Mereka membanjiri istana dengan hadiah.

Sembilan bulan kemudian, Ratu melahirkan seorang putri yang diberi nama Gilang Rukmini.  Penduduk negeri pun kembali mengirimi putri kecil itu aneka hadiah. Bayi itu tumbuh menjadi anak yang lucu. Belasan tahun kemudian, ia sudah menjadi remaja yang cantik.

Prabu dan Ratu sangat menyayangi putrinya. Mereka memberi putrinya apa pun yang dia inginkan. Namun, hal itu membuatnya menjadi gadis yang manja. Kalau keinginannya tidak terpenuhi, gadis itu akan marah. Ia bahkan sering berkata kasar. Walaupun begitu, orangtua dan rakyat di kerajaan itu mencintainya.

Hari berlalu, Putri pun tumbuh menjadi gadis tercantik di seluruh negeri. Dalam beberapa hari, Putri akan berusia 17 tahun. Para penduduk di negeri itu pun pergi ke istana dan membawa  aneka hadiah yang sangat indah. Prabu mengumpulkan hadiah-hadiah yang sangat banyak itu, lalu menyimpannya dalam ruangan istana.

Suatu hari Prabu mengambil sedikit emas dan permata. Ia membawanya ke ahli perhiasan. “Tolong, buatkan kalung yang sangat indah untuk putriku,” kata Prabu. “Dengan senang hati, Yang Mulia,” sahut ahli perhiasan. Ia pun bekerja dengan sepenuh hati. Ia ingin menciptakan kalung yang paling indah di dunia  karena ia sangat menyayangi Putri.

Hari ulang tahun pun tiba. Penduduk negeri berkumpul di alun-alun istana. Ketika Prabu dan Ratu datang, semua orang menyambutnya dengan gembira. Sambutan hangat makin terdengar  ketika Putri yang cantik jelita muncul di hadapan semua orang. Semua orang mengagumi kecantikannya.

Prabu lalu bangkit dari kursinya. Kalung yang indah sudah dipegangnya. “Putriku tercinta, hari ini aku berikan kalung ini untukmu. Kalung ini pemberian orang-orang dari penjuru negeri. Mereka sangat mencintaimu. Mereka mempersembahkan hadiah ini  karena mereka gembira melihatmu tumbuh jadi dewasa. Pakailah kalung ini, Nak!” kata Prabu.

Putri menerima kalung itu. Lalu ia melihat kalung itu sekilas. “Aku tak mau memakainya. Kalung ini jelek!” seru Putri. Kemudian ia melempar kalung itu. Kalung yang indah pun rusak. Emas dan permatanya tersebar di lantai.

Sungguh mengejutkan. Tak seorang pun menyangka, Putri akan berbuat seperti itu. Suasana hening. Tiba-tiba meledaklah tangis Ratu Purbamanah. Dia sangat sedih melihat kelakuan putrinya. Semua pun meneteskan air mata sehingga istana  basah oleh air mata mereka hingga  membanjiri istana. Tiba-tiba  dari dalam tanah keluar air yang deras, makin lama makin banyak. Akhirnya, kerajaan Kutatanggeuhan tenggelam dan terciptalah sebuah danau yang sangat indah.

 

Telaga Warna

 

Di hari yang cerah, kita bisa melihat danau itu penuh warna yang indah dan mengagumkan. Warna itu berasal dari bayangan hutan, tanaman, bunga-bunga, dan langit di sekitar telaga. Namun orang mengatakan, warna-warna itu berasal dari kalung Putri yang tersebar di dasar telaga.

 

 

Berikut ini adalah penjelasan mengenai teks dongeng Asal-usul Telaga Warna di atas

1. Tema dan pesan

Tema dongeng di atas adalah kesalahan dalam mendidik anak. Adapun pesan yang terkandung dalam dongeng adalah a) menjadi pemimpin harus bijaksana agar rakyat tenteram dan sejahtera, b) selalu berdoa dan memohon hanya kepada Yang Maha Memberi, c) menunjukkan kesalahan yang dilakukan anak walaupun orang tua sangat menyayanginya, d) tidak membiarkan anak melakukan kesalahan dan sikap yang buruk, e) menghormati dan menghargai usaha atau pemberian orang lain, dan f) tidak memanjakan anak agar ia bisa bersikap dewasa dan bertanggung jawab.

 

2. Perilaku dan aksi tokoh

Tokoh yang ada dalam dongeng ini antara lain, Raja dan Ratu, penasihat raja, Putri Gilang Rukmini. Raja dan Ratu merupakan pemimpin yang bijaksana, sangat mencintai rakyatnya, dan menyayangi putrinya serta selalu berusaha. Penasihat Raja pun merupakan orang yang pandai memberikan masukan untuk rajanya. Adapun Putri Gilang Rukmini adalah seorang putri yang manja, keinginannya selalu ingin dituruti, dan kurang menghargai orang lain.

 

3. Waktu dan tempat peristiwa

Waktu peristiwa ini terjadi tidak dijelaskan secara detail, tetapi dari jalan cerita dapat dilihat bahwa cerita ini terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Adapun tempat peristiwa dalam dongeng ini adalah di Kerajaan Kutanggeuhan, di Jawa Barat.