![]() |
![]() |
Kerajaan Islam Ternate dan Tidore
Uraian
Kerajaan Ternate dan Tidore terletak di Nusantara Timur menjadi incaran pedagang asing (Barat) karena Maluku kaya akan rempah-rempah. Kerajaan Ternate cepat berkembang berkat hasil rempah-rempah terutama cengkih. Tujuan kedatangan bangsa Eropa ke kepulauan Maluku adalah untuk menguasai perdagangan rempah-rempah secara monopoli. Awalnya kerajaan Ternate dan Tidore hidup berdampingan secara damai. Namun, kedamaian itu tidak berlangsung selamanya. Setelah Portugis dan Spanyol datang ke Maluku, kedua kerajaan tersebut diadu domba. Akibatnya, antara kedua kerajaan tersebut terjadi persaingan. Portugis yang masuk Maluku pada tahun 1512 menjadikan Ternate sebagai sekutunya dan membangun benteng Sao Paulo. Spanyol yang masuk Maluku pada tahun 1521 menjadikan Tidore sebagai sekutunya.
Dua bangsa Eropa yang ingin memonopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku pada abad ke-16 adalah Spanyol dan Portugis. Akibat monopoli yang dilakukan oleh bangsa Spanyol dan Portugis maka timbul persaingan antara Ternate dan Tidore. Ternate yang dibantu Portugis membentuk Uli Lima dan Tidore yang dibantu Spanyol membentuk Uli Siwa. Pada perkembangan selanjutnya dua bangsa Eropa ini tidak hanya melakukan monopoli perdagangan bahkan ikut campur dalam pemerintahan dalam negeri dan juga menyebarkan agama Katholik. Hal ini nantinya yang menyebabkan konflik antara Portugis dengan kerajaan-kerajaan di Maluku.
Persaingan antara Ternate dan Tidore dalam perdagangan di Maluku dipicu oleh masuknya kekuatan asing, seperti , Portugis, Spanyol kemudian Belanda. Kekuatan asing itupun terlibat dalam pertentangan itu karena keinginan yang besar untuk menguasai sumber rempah-rempah. Persaingan antara Spanyol dan Portugis untuk mengusai Maluku mendorong dua bangsa ini untuk menyelesaikan konflik diantara mereka. Untuk menyelesaikannya diadakan perjanjian Saragosa abad 1529. Hasil perjanjian tersebut Spanyol harus meninggalkan Maluku dan akhirnya menguasai Filipina sementara sementara Portugis tetap melakukan perdagangan di Maluku. Sultan Hairun dari Ternate (1550-1570) sangat menentang monopoli perdagangan yang dilakukan Portugis. Sultan Hairun diundang oleh Portugis untuk berdamai namun sesampainya di benteng Sultan Hairun ditangkap kemudian dibunuh. Hal ini menyebabkan kemarahan rakyat Ternate dan menimbulkan perlawanan dibawah pimpinan anak Sultan Hairun yaitu Baabullah. Pada tahun 1575 dibawah pimpinan Sultan Baabullah Portugis berhasil diusir dari Ternate. Akhirnya Portugis pindah ke Ambon. Namun di Ambon pun Portugis tidak lama karena diserang oleh kerajaan Tidore dan mereka akhirnya pindah ke Timor Timur. Berakhirlah kekuasaan Portugis di Maluku. Ternate mencapai puncak kejayaanya pada masa pemerintahan Sultan Baabullah dan Tidore mencapai kejayaannya pada masa Sultan Nuku (pada masa Belanda).
Peta wilayah Maluku sebelum perjanjian Saragosa
Peta wilayah Maluku setelah perjanjian Saragosa