![]() |
![]() |
Kerajaan Islam Ternate dan Tidore
Uraian
Secara geografis kerajaan kerajaan Ternate terletak di kepulauan Halmehera (Maluku Utara). Kekuasaan kerajaan Ternate saat itu adalah
wilayah Maluku. Ternate dan Tidore terletak di daerah kepulauan Maluku yang menjadi sumber rempah-rempah dunia. Tanah di Kepulauan Maluku subur dan banyak memberikan hasil diantaranya cengkeh dan pala. Sumber rempah-rempah di Ternate dan Tidore mendorong para pedagang asing datang ke kepulauan Maluku. Melalui rute perdagangan tersebut mulai masuk dan berkembangnya agama islam, seperti di Ambon, Ternate, dan Tidore. Keadaan seperti ini, telah mempengaruhi aspek-aspek kehidupan masyarakatnya, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Kerajaan Ternate dan Tidore menjadi perhatian dunia karena merupakan daerah pusat penghasil rempah-rempah yang diminati dunia. Kerajaan Ternate dan Tidore banyak disinggahi oleh para pedagang baik asing maupun nusantara seperti dari Jawa, Malaka, Cina, Arab, Persia, dan Turki. Pada abad ke 16 M permintaan rempah-rempah meningkat, sehingga cengkeh merupakan komoditi yang penting. Orang Eropa menganggap rempah-rempah sebagai kebutuhan pokok karena itu harganya sangat mahal. Mereka menggunakan rempah-rempah salah satunya adalah untuk bumbu daging yang diawetkan pada musim dingin, ramuan obat-obatan dan sebagai bahan penyedap makanan. Harga rempah-rempah di Eropa sangat mahal sehingga mendorong mereka mencari sendiri ke pusat penghasil rempah-rempah agar dapat membelinya dengan harga murah dan menjual dengan harga tinggi sehingga mendapat keuntungan yang sangat besar.
Kegiatan perdagangan rempah-rempah di Maluku pada abad ke-15 telah ramai dikunjungi oleh pedagang Jawa, Melayu, Arab, dan Cina. Mereka datang untuk membeli rempah-rempah dan menjual barang dagangan seperti beras, kain tenun, gading, perak, manik-manik, dan keramik. Para pedagang Maluku sudah sering mengunjungi Bandar-bandar perdagangan di Surabaya, Gresik dan TUban untuk berdagang. Hubungan ini kelak sangat berpengaruh terhadap proses penyebaran Islam di Maluku. Agama Islam pertama kali masuk di kepulauan Maluku dibawa oleh pedagang-pedagang dari Malaka dan para mubaligh dari pulau Jawa. Banyak pemuda ternate belajar agama Islam di Gresik, slah satunya adalah Zainal Abidin yang menjadi Sultan Ternate pada tahun 1486-1500 M. Demikian pula dengan kerajaan Tidore, Bacan, Jailolo memeluk agama Islam dan raja-rajanya memakai nama-nama Arab dan bergelar Sultan. Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan kerajaan Islam dengan struktur pemerintahan :
Dengan masuknya Spanyol, Portugis, dan Belanda ke Maluku, kehidupan beragama dan bermasyarakat di Maluku jadi beragam: ada Islam, Katolik, dan Protestan. Pengaruh Islam sangat terasa di Ternate dan Tidore. Pengaruh Katolik yang dibawa Spanyol dan Portugis sangat terasa di Maluku bagian Selatan dan pengaruh Protestan yang dibawa Belanda sangat terasa di sekitar Maluku bagian Tengah.
Latar belakang terbentuknya Uli Lima dan Uli Siwa adalah persaingan antara dua kerajaan besar yaitu Ternate dan Tidore. Akibat kemajuan dan persaingan dua kerajaan tersebut, sekitar abad ke-17 muncul dua persekutuan di Maluku yaitu:
Daerah-daerah yang tergabung dalam Uli ini berusaha mempertahankan diri dari serangan luar, dan mereka juga menjaga agar tidak saling menyerang diantara mereka sendiri.
Gambar 1 : Cengkeh
Gambar 2 : Buah Pala