Pendahuluan

Kuis

Referensi

 

Uraian

 

Pada kegiatan belajar sebelumnya, kamu telah memahami pengertian bercerita. Bercerita  merupakan kegiatan menceritakan atau menuturkan cerita secara lisan,  baik berdasarkan teks cerita maupun tidak. Bercerita juga merupakan kegiatan "benefaktif",  yaitu kegiatan yang dilakukan untuk orang lain, dan bukan untuk diri sendiri. Dengan demikian, pada saat bercerita harus memperhatikan kepahaman pendengarnya.

Agar dapat bercerita dengan baik, kamu telah berlatih menentukan pokok-pokok cerita. Nah, berikut ini kamu akan berlatih merangkaikan pokok-pokok cerita  tersebut menjadi urutan cerita yang baik.

Hal yang perlu diperhatikan dalam merangkai pokok-pokok cerita adalah bagaimana mengawali cerita, urutan peristiwa, penggunaan kata penghubung,  dan bagaimana mengakhiri cerita.

  1. Bagaimana mengawali cerita

    Mengawali sebuah cerita  dapat dilakukan dengan mengenalkan tempat, waktu, atau tokoh cerita terlebih dahulu untuk menarik perhatian pembaca. Pengenalan waktu dapat menggunakan kata dahulu kala, pada zaman dahulu, konon, dan alkisah. Pengenalan tempat dapat menggunakan kata di suatu desa, di sebuah hutan, cerita ini berasal dari daerah …., dan  di sebuah kerajaan. Pengenalan tokoh cerita dapat dilakukan dengan mengenalkan penokohannya, watak tokoh atau kebiasaan tokoh, misalnya, Mbok Sarni adalah seorang janda miskin, si Kancil adalah binatang yang cerdik dan pandai, harimau adalah penguasa hutan belantara, dll.

  2. Urutan peristiwa

    Urutan peristiwa dalam cerita berkaitan dengan alur/jalinan cerita. Urutan peristiwa  dapat berupa urutan klimaks atau alur maju dan urutan antiklimaks atau alur mundur.  Pokok-pokok sebuah cerita dapat ditentukan dari urutan peristiwanya.

  3. Penggunaan kata penghubung

    Penggunaan kata penghubung merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah cerita. Kata penghubung yang dimaksud dapat berupa penggunaan kata ganti, pengulangan kata atau kalimat pada kalimat atau paragraf sebelumnya,  penggunaan kata hubung antarkata, antarkalimat, atau antarparagraf. Penggunaan kata ganti, seperti aku, saya, kamu, dia, mereka, kalian. Kata penghubung antarkata, seperti tetapi, melainkan, dan, atau, sedangkan. Kata penghubung antarkalimat, seperti bahkan, saat, ketika, setelah, sebelum, dengan, agar, untuk, supaya, jika, asalkan, bila, walaupun, meskipun. Kata penghubung antarparagraf, seperti namun, akan tetapi, akhirnya.

  4. Bagaimana mengakhiri cerita

    Sebuah cerita yang baik tentu saja harus diakhir, entah itu berakhir dengan bahagia dan hidup dengan tenteram (happy ending), entah berakhir dengan kesedihan  dan berakhir dengan kematian (bad ending).

 

Perhatikan Sembilan gambar di bawah ini.

 

 

TIMUN EMAS

 

Di suatu desa hiduplah seorang janda tua bernama Mbok Sarni. Mbok Sarni ingin sekali mempunyai anak agar bisa membantunya bekerja. Oleh karena itu, setiap hari dia selalu berdoa agar Tuhan YME mengabulkan permohonannya agar ia memiliki seorang anak.

Suatu hari Mbok Sarni bertemu dengan Raksasa. Raksasa itu meminta seorang anak dari Mbok Sarni. Setelah Mbok Sarni mengatakan bahwa dia tidak memiliki seorang anak dan ingin sekali memiliki anak,  si Raksasa pun memberinya biji mentimun. Raksasa itu berkata, “Wahai wanita tua, ini aku berikan kamu biji mentimun. Tanamlah biji ini di halaman rumahmu.  Setelah dua minggu kamu akan mendapatkan seorang anak. Akan tetapi, ingatlah. Serahkan anak itu padaku setelah usianya enam tahun.”

Setelah dua minggu, mentimun itu nampak berbuah sangat lebat dan ada salah satu mentimun yang berwarna keemasan cukup besar. Lalu, Mbok Sarni mengambilnya. Setelah dibelah, ternyata isinya adalah seorang bayi yang sangat cantik jelita. Bayi itu kemudian diberi nama Timun Emas.

Semakin hari Timun Emas semakin tumbuh besar. Mbok Sarni sangat gembira  karena rumahnya tidak sepi lagi. Semua pekerjaannya bisa selesai dengan cepat karena bantuan Timun Emas.

Akhirnya, pada suatu hari datanglah si Raksasa untuk menagih janji. Mbok Sarni sangat ketakutan dan tidak mau kehilangan Timun Emas. Lalu, Mbok Sarni berkata, “Wahai raksasa, datanglah ke sini dua tahun lagi. Semakin dewasa anak ini, semakin enak untuk disantap.”  Si Raksasa pun setuju dan meninggalkan rumah Mbok Sarni.

Waktu dua tahun bukanlah waktu yang lama. Setiap  hari Mbok Sarni mencari cara supaya anaknya tidak dibawa si Raksasa. Hati Mbok Sarni  cemas sekali. Akhirnya,  pada suatu malam Mbok Sarni bermimpi. Dalam mimpinya itu, ia diberitahu agar Timun Emas menemui Petapa di gunung.

Keesokan paginya Mbok Sarni meminta Timun Emas untuk segera menemui petapa itu. Setelah bertemu dengan Petapa, Timun Emas  menceritakan maksud kedatangannya. Sang Petapa pun memberinya empat buah bungkusan kecil yang isinya biji mentimun, jarum, garam, dan terasi. “Lemparkan satu per satu bungkusan ini saat kamu dikejar oleh raksasa itu,” perintah Petapa.

Timun Emas mulai melemparkan bungkusan pertama yang berisi biji mentimun. Sungguh ajaib. Hutan menjadi ladang mentimun yang lebat buahnya.

Timun Emas akhirnya membuka bungkusan terakhir yang berisi terasi dan mulai menaburkannya. Seketika itu juga terbentuklah lautan lumpur yang mendidih dan si raksasa tercebur di dalamnya. Akhirnya,  raksasa pun mati.